Cari Blog Ini

Kamis, 10 November 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.

Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan nafas terutama jalan nafas bagian bawah. (Donna L. Wong. 2003 : 475)

Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam-macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih-lebihan dari kelenjer-kelenjer dimukosa bronchus..

Asma adalah suatu gangguan yang kompleks dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (poloski : 1996)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu .

Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya priode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas .

2. Etiologi :
Penyebab asma masih belum jelas idiomatik. Diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus / hiperaktivitas bronkus. Faktor genetik, imunologis, infeksi dan lingkungan lainnya dapat turut serta dalam proses terjadinya manifestasi asma.


Macam-macam pencetus asma
1. Alergen
Pada bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih/bulu binatang, spora jamur yang terdapat di dalam rumah. Asma karena makanan biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil.
2. Infeksi
Biasanya infeksi virus. Virus penyebabnya biasanya respiratory syncyhal virus (RSV) dan virus parainfluenza. Kadang-kadang dapat juga oleh bakteri streptokokus serta hemolitikus.
3. Iritan
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, cerutu dan pipa bau tajam dari cat. Iritasi hidung dan batuk dapat menimbulkan refleks bronkokonstruksi.
4. Cuaca
Perubahan tekanan udara, suhu, angin, dan kelembaban dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
5. Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani yang berat misalnya berlari, dan naik sepeda dapat menimbulkan serangan jantung pada anak dengan asma. Pada anak dengan faal paru dibawah normal sangat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6. Infeksi saluran nafas bagian atas
Disamping infeksi virus saluran nafas bagian atas sinusitis akut dan kronik, dapat memudahkan terjadinya asma.
7. Refluks gastrointestinal
Iritasi trakeabronkial karena isi lambung dalam dapat memberatkan asma pada anak dan orang dewasa.

a. Faktor eksrinsik / alergi :
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya Ig.E yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat diudara (antigen - inhalasi), seperti debu, bulu binatang, makanan, asap rokok , dan obat-obatan.
b. Faktor intrinsic / idiopatik :
Infeksi:
1). Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, retiratory syncytial virus (RSV)
2). Bakteri ,misalnya pertusis dan streptokokkus
3). Jamur , misalnya aspergillus
Cuaca : perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban
Psikologis/ emosional : takut, cemas, stress dan tegang
Aktifitas yang berlebihan , misalnya berlari
Lingkungan
c. Gabungan / campuran : asma yang terjadi /timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan instrinsik
(www.google.com)

3. Anatomi Fisiologi
Saluran pernafasan ada 2 yaitu :
1. Saluran nafas atas
a. Hidung
Terdiri dari 2 bagian yaitu :
Bagian eksternal : menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
Bagian internal : hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Fungsi hidung terdiri dari :
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
Sebagai penyaring udara pernafasn yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Dapat menghangatkan udara pernfasan oleh mukosa
Membunuh kuman yang masauk bersama-sama udara oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) / hidung
Sebagai alat pencium yang terletak dipuncak hidung



b. Faring
Merupakan persimpangan antara saluran pernafasan dan saluran rongga makanan terdapat dibawah dasar tenggorok dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang dibawahnya terdapat otot faring, otot-otot faring ini penting untuk mekanisme menelan.

c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian faring samapai ketinggian vertebra servikalis dan masuk dalam trakea dibawahnya pangkal tenggorokan ini dapat ditup dengan oleh sebuah empang tenggorokan yang disebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring

d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 / 20 cincin yang terdiri-dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C. Sebeklah dalam diliputi oleh lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. Panjang trakea 9 – 11 cm dari belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut kavernea

2. Saluran nafas bawah
a. Bronckus
Merupakan lubang trakea setinggi vertebra thoracalis lima yaitu setinggi bronkus kiri dan kanan. Bronkus dibentuk oleh cincin tulang rawan dan lebih panjang sedangkan bronkus kanan lebih lebar dan lebih pendek

b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas


c. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

d. Bronkiolus Respirator
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas

e. Duktus Alveolar dan Duktus Alveolan
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alveoli

f. alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2.Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe :
Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekrei surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

g. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga dada atau toraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus,Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya

h. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
Terbagi mejadi 2 :
Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, dan juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

Fisiologi Pernafasan
Bernafas / pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a. ventilasi
ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakangerakanpasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
Tekanan udara atmosfir
Jalan nafas yang bersih
Pengembangan paru yang adekuat

b. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membran respiras
Jumlah darah
Keadaan/jumlah kapiler darah
Afinitas Waktu adanya udara di alveoli

c. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
Curahjantung(cardiacOutput/CO)
Jumlah sel darah merah
Hematokrit darah
Latihan (exercise)

4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, instrinsik dan gabungan antara ekstrinsik dengan intrinsik. Faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara diterminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilas), gangguan difusi.
Pada stadium permulaan mukosa pucat,terdapat edema dan sekret bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, infiltrasi sel eosinofil dalam sekret didalam lumen saluran nafas. Jika serangan terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin. Sehingga terjadi penyempitan jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulasi lain.
Dengan adanya bahan iritasi dan alergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antigen tubuh muncul (Ig. E) dengan adanya alergi. Ig. E pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.
Klien yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi oksigen, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipoksia). Selama serangan asma CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selam ekspirasi, dan menyebabkan asidosis respiratori dan hipercapnea. Kemudian sistem pernafasn akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea). Kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hipocapnea). (www.google.com)

5. Stadium Asma :
1. stadium I
waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk paroksimal karena iritasi dan batuk kering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang batuk .

2. Stadium II
Sekresi bronchus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada stadium ini. Mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi memanjang dan ada whezing , otot nafas tambah turun bekerja terdapat retraksi supra sternal epigastrium.

3. Stadium III
Obstruksi / spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga suara nafas hampir tigdak terdengar, stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan pernafasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafas menjadi tinggi

6. Jenis-Jenis Asma
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi, atau gabungan
a. Asma Alergik
Disebabkan oleh alergen-alergen yang dikenal misalnya serbuk sari, binatang, makanan dan jamur). Kebanyakan alergi terdapat diudara dan musiman. Pasien dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat medis masa lalu atau rhinitis alergik

b. Asma Idiopatik atau nonalergik
Tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti infalasi nonsteroid lain. Pewarna rambut, antagonis, beta-adrenergik dan agen sulfite (pengawet makanan) juga mungkin menjadi faktor.

c. Asma Gabungan
Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun idiopotik atau nonalergik.

Dengan mengetahui gambaran klinis asma pada anak, maka dapat dilihat luas permasalahan dan seberapa jauh perlu dikerjakan upaya untuk mencegah serangan asma.

Pembagian asma menurut Phelan,dkk (1983) adalah :
I. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak pada umur 3-6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari, menggigil dan batuk.
II. Asma episodik sering
Serangan pertama terjadi pada umur 3-5 tahun. Pada permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanda infeksi yang jelas. Biasang orang tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya allergen, aktifitas fisik dan stress.
III. Asma kronik
Pada umur 5 – 6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari. Aktifitas fisik setiap hari menyebabkan mengi.
Pada umur dewasa muda 50% fsti golongan ini tetap menderita asma persisten /sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung. Pada golong ini terdapat gangguan pertumbuhan yaitu bertubuh kecil.

7. Manifestasi Klinis
a. Whezing
1). Dyspnea dengan lama ekspirasi : penggunaan otot0otot asesori pernafasan, cuping hidung
2). Batuk kering : karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit.
b. Sianosis
c. Gelisah
d. Nyeri abdomen terhadap aktifitas, makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara
e. Kecemasan
f. Serangan terjadi secara tiba-tiba
g. Sesak nafas
h. Nyeri pada dada
i. Anoreksia
j. Pernafasan : cuping hidung, nafas cepat dan dalam
(www.google.com)

8. Komplikasi
a. Gagal nafas
b. Fraktur iga
c. Ateletaksis
d. Pneumothoraks
Kerja pernafasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernafas untuk melawan spasme-spasme bronkhiolus, pembengkakana bronkhiolus dan mukus yang kental.. situasi ini dapat menimbulkan pneumothoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi
e. Kematian

9. Penatalaksanaan
Pencegahan :
a. Menghindari penyebab asma
b. Banyak makanan yang bergizi
c. Istirahat yang cukup
d. Hindari stress
e. Periksa kesehatan secara teratur
f. Obat-obatan (www.google.com

Pengobatan :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epetrin, terbutallin, fenotiron
2. Anti kolinergin
Iptropiem bromit (atrovont)
3. Kortikosteroid
Pretrison, hidrokortison, orodexon
4. Mukolitin
BPH, OBH, bisolvon, mucapoel, dan banyak minumair putih

Pemeriksaan Dignostik :
1. sinar X (Ronsen thorak)
Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru difragma mendatar.
2. tes fungsi paru
Ditemukan dyspnea, volume residu meningkat, dan adanya obstruksi atau retriksi dijalan nafas
3. GDA
PO2 menurun
PCO2 meningkat
PH menurun
Eosinofil meningkat
4. Sputum (labotratorium)
Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa disertai infeksi.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA


I. PENGKAJIAN
1. Identitas klien

2. Pengkajian Awal
A = Biasanya ditemukan sekret dijalan nafas, Bronkospasme
B = Biasanya terjadi retraksi iga pernafasan, cepat, nafas cuping hidung, nafas sesak
C = Biasanya denyut nadi meningkat, sianosis
D = Tingkat kesadaran biasanya kesadaran klien composmentis kooperatif

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, dan masalah kesehatan spesifik (pernafasan)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien sesak nafas, pernafasan cepat dan pendek, bunyi nafas wheezing, pernafasan cuping hidung, batuk-batuk, adanya sekret / sputum, kelemahan/ keletihan, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah, dada terasa tertekan, sesak setelah melakukan aktivitas/ ketidak mampuan melakukan aktivitas, sesak nafas karena reaksi alergi / sensitif terhadap zat
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

4. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
Ketikmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi semi foewler
Dispnea

b. Makanan dan cairan
Gejala :
Mual / muntah
Nafsu makan menurun
Ketidak mampuan untuk makan

c. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidak mampuan untuk bernafas/ sesak nafas
Batuk dengan produksi sputum
Tanda :
Pernafasna biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang
Penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung
Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak adanya bunyi nafas

d. Kardiovaskuler:
Takikardi

e. Neurologis
Cemas dan sulit tidur

f. Muskoloskeletal
Intoleransi aktivitas

g. Integumen
Sianosis

h. Keamanan
Gejala :
Riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat



II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret/ sputum
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tak adekuat
3. intoleransi aktifitas b / d kelemahan fisik
4. kerusakan pertukaran gas b / d gangguan suplay O2

III. INTERVENSI
1. bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sekret/sputum
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif
Dengan kriteria hasil :
Sesak nafas berkurang/ hilang
Batuk berkurang / hilang
Klien dapat mengeluarkan sputum/ sekret
Wheezing berkurang / hilang
TTV dalam batas normal dan keadaan umum baik
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,whezing
R/ : Sebagai sumber data adanya perubahan sebelum dan sesudah perawatan diberikan
b. Berikan posisi yang aman untuk klien misalanya posisi semi fowler
R/: Mengembangkan ekspansi paru
c. Bantu / ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ : Membantu membersihkan mukus dari paru dan nafas dalam memperbaiki oksigenasi
d. Lakukan fisioterapi
R/ : membantu pengeluaran sekresi, meningkatkan ekspansi paru
e. Berikan air hangat
R/ : mengencerkan sekret yang ada dijalan nafas
f. Kolaborasi
• Lakukan suction jika perlu
R/ : membantu mengeluarkan sekret yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien.
• Berikan bronchodilator sesuai indikasi
R/ : Otot pernafasan menjadi relaks dan steroid mengurangi inflamasi


2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik
Mukosa bibir lembab
Nafsu makan meningkat
Testur kulit baik
Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
Berat badan dalam ideal
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien (testur kulit,rambut, konjungtiva)
R/ : Menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya
b. Jelaskan pada klien tentang pentinganya makanan untuk kehidupan dan penyembuhan penyakitnya
R: Klien termotivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan
c. Timbang dan berat badan
R/ : penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi
d. Anjurkan klien minum air hangat saat makan
R/ : Air hangat dapat mengurangi mual
e. Berikan makanan dalam kondisi hangat
R: Meransang nafsu makanan klien
f. Anjurkan klien makan sedikit –sedikit tapi sering
R/ : Makanan kecil tapi sering menyediakan energi yang dibutuhkan, lambung tidak terlalu penuh, sehingga memberikan kesempatan untuk penyerapan makanan
g. Perhatikan kebersihan mulut klien
R: Meningkatkan motivasi untuk makan
h. Kolaborasi :
• Consul dengan tim gizi / tim mendukung nutrisi
R/ : Menentukan kalori klien dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan
• Berikan obat sesuai indikasi seperti antiemetik
R/ : Untuk menghilangkan mual / muntah


3. intoleransi aktifitas b / d kelemahan fisik
Tujuan : intoleransi aktifitas daat teratasi
kriteria hasil :
keadaan umum klien baik
badan tidak lemah
klien dapat beraktifas secara mandiri

Intervensi:
a. Anjurkan klien untuk mengerakan kaki,jari-jari kaki dan tangan
R/: Kurang gerakan dapat menunjukan masalah saraf brakial inteskostal,dan dapat menggangu sirkulasi
b. Evaluasi respon klien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/ keletihan dan perubahan TTV selama dan setelah aktivitas
R/ : Menetapkan kebutuhan/kemampuan klien dan memudahkan pilihan intervensi
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
R/ : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan
d. Bantu klien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur
R/: Klien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal
e. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R/: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.
f. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi
R/: Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan dan meningkatkan istirahat
g. Kolaborasi dalam pemberian O2
R/: Menambah kekurangan oksigenasi atau mengurangi sesak nafas

IV. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan disususn dengan sistematik selanjutnya rencana keperawatan tersebut diterapkan dalam bentuk kegitan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

V. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap prilaku dan sejauhmana masalah klien dapat diatasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang ditetapkan belum berhasil atau belum teratasi.